Pages

Senin, 04 Juli 2011

Karst Maros-Pangkep

Kawasan Karst MarosKawasan Karst Maros
SULAWESI Selatan punya karst (perbukitan cadas) yang sangat luas, yaitu Karst Maros-Pangkep. Gagah membentang seluas 4.500 hektare. Ini merupakan karst terluas ketiga di dunia. Susurilah karst ini dan saksikan kekayaan alam di dalamnya.

Kawasan ini terletak di dua kabupaten, yaitu Kabupaten Maros dan Pangkep, Sulawesi Selatan, Indonesia. Tepatnya di sebelah utara Kota Makassar, antara 50 hingga 100 kilometer dari Kota Makassar. Jajaran karst ini dapat terlihat jelas dari jalan trans-Sulawesi yang menghubungkan Makassar-Parepare.

Karst Maros-Pangkep bukan sekedar deretan cadas. Di dalamnya terdapat 268 gua. Selain memiliki stalaktit dan stalakmit yang indah, gua-gua itu juga menjadi habitat fauna langka dan merupakan situs prasejarah.

Habitat langka yang hidup di sana antara lain monyet hitam (macaca maura) dan 125 jenis kupu-kupu dari sekitar 400 jenis yang pernah ada di kawasan karst tersebut. Biota unik juga hidup di dalam gua di kawasan ini. Beberapa diidentifikasi sebagai jenis satu-satunya di dunia.

Biota unik yang hidup di sana memiliki ciri khas akibat kehidupan gelap di dalam gua. Kulit transparan, matanya mengecil bahkan buta, sementara organ sensoriknya berkembang pesat. Arthropoda misalnya, memiliki antena yang panjang sebagai organ perasa. Temuan-temuan itu antara adalah:
  • Ikan gua buta bertubuh transparan
  • Kalajengking gua yang buta dan satu-satunya di Asia tenggara
  • Udang gua yang buta
  • Kelelawar berhidung cabang (nyctmene cephalotes)
  • Kepiting laba-laba (cancrocaeca xenomorph)
  • Isopoda air tawar dari jenis cirolana marosiana bertubuh transparan
  • Kumbang buta dari jenis coleoptera sp
  • Beberapa jenis jangkrik gua yang belum teridentifikasi
  • Laba-laba gua jenis baru sebesar telapak tangan
Gua yang terbentuk sebagai hasil pencucian batuan karbonat itu tidak hanya menghasilkan ornamen gua yang sangat cantik. Tetapi juga menjadi tempat spesies manusia berlindung di masa lampau. Gua-gua yang dihuni oleh manusia dan kebudayaannya di masa lampau. Inilah yang disebut sebagai gua prasejarah.

Ada beberapa gua prasejarah yang bisa dilihat di kawasan karst Maros-Pangkep dengan berbagai peninggalan manusia prasejarah:
  • Gua Ara: mata panah bergigi dan bersayap, lancipan muduk, dan gerabah.
  • Gua Awal: gerabah
  • Gua Batu Ejaya: serpih bilah, mikrolit, lancipan muduk, dan gerabah.
  • Gua Bola Batu: serpih bilah, mikrolit, mata panah berpangkal bundar, dan gerabah.
  • Gua Cadang: mata panah berpangkal bundar dan gerabah
  • Gua Leang Balisao: serpih bilah dan mata panah berpangkal bundar
  • Gua Leang Burung 1: mata panah berpangkal bundar serta mata panah bergigi dan bersayap
  • Gua Leang Burung 2: serpih bilah yang kasar dan besar
  • Gua Leang Cekondo: serpih bilah dan mata panah berpangkal bundar
  • Gua Leang Karrasa: serpih bilah yang kasar dan besar serta gerabah
Akses paling mudah adalah melalui kawasan wisata Bantimurung yang terletak di sebelah timur kota Kabupaten Maros, sekitar 50 kilometer dari Kota Makassar.

Bantimurung dapat dijangkau dengan mobil rental atau mobil pribadi selama dua jam perjalanan. Dari pusat Kota Makassar masuk Jl Tol Reformasi, kemudian mengambil arah ke Maros masuk Jl Tol Ir Sutami. Dari Maros ikuti penunjuk arah ke Bantimurung. Bisa juga melalui Jl Perintis Kemerdekaan.

Jika ingin menggunakan angkutan umum bisa berangkat dari Terminal Regional Daya, kemudian menggunakan angkutan menuju Terminal Maros, dan dari Terminal Maros menuju Bantimurung. Turun di lorong menuju Leang-leang.

Jika ingin melakukan tracking (penyusuran) kawasan karst, wisatawan sebaiknya menghubungi Pemerintah Kabupaten Maros, dalam hal ini dinas kebudayaan dan pariwisata, atau mencari pemandu melalui pusat informasi di kawasan wisata Bantimurung.(Sumber: http://www.mymakassar.com/)

Rabu, 22 Juni 2011

Dipoles Lebih Moderen, Omset Industri Jamu Naik 10%

 

Jakarta - Asosiasi Gabungan Pengusaha dan Obat Tradisional (GP Jamu) mencatat kenaikan omset industri jamu hingga 10%. Omset Industri Jamu Januari-Juni 2011 mencapai Rp 5,6 triliun lebih tinggi dibandingkan periode sebelumnya yang hanya Rp 5 triliun.

"Terjadi kenaikan 10%, ada penambahan pasar," kata Ketua GP Jamu Charles Saerang kepada detikFinance, Minggu (19/6/2011)

Charles menjelaskan kenaikan ini dipicu adanya perubahan pola pengemasan jamu oleh para produsen. Jamu kini sudah mulai dikemas dalam balutanan produk makanan minuman seperti teh, kopi dan lain-lain.

Selain itu, biasanya omset industri ini selama 6 bulan pertama lebih tinggi dari 6 bulan berikutnya. Para pedagang biasanya membeli dalam jumlah besar untuk disimpan sebagai persedian akhir tahun.

"Pengusaha mancari terobosan dengan kendaraan makanan dan minuman, tapi jamu sendiri nggak berkembang, lebih kepada produk aroma terapi, makanan dan minuman," jelasnya.

Ia menambahkan pada tahun 2010 lalu omset bisnis jamu mencatat kurang lebih Rp 10 triliun. Tahun ini diperkirakan ada sedikit kenaikan, namun serbuan jamu impor cukup membuat ketar-ketir para produsen jamu.

"Impor sampai sekarang masih tinggi. Rp 2-3 triliun per tahun, itu mengambil pangsa pasar kita. Mereka beriklan di surat-surat kabar, menjanjikan berlebihan," katanya.

Menurutnya jamu-jamu impor ini masuk ke semua segmen pasar dan jenis produk. Misalnya produk herbal impor pengobat kanker, herbal pelangsing tubuh, dan lain-lain. Charles berharap untuk menahan laju impor jamu ini pemerintah harus tegas dengan aturan impor dan pembinaan pada industri termasuk membantu penelitian jamu.

"Sampai sekarang nggak ada penelitian soal temulawak, jahe, kencur. Kalau itu ada maka hasilnya lebih mengena lagi," tegasnya.

Sumber: http://finance.detik.com/


Apel, Buah Paling Tercemar Pestisida


KOMPAS.com — Buah apel menduduki urutan pertama sebagai produk yang paling terkontaminasi pestisida dalam laporan yang dipublikasikan Environmental Working Group, kelompok advokasi kesehatan publik Amerika.
Laporan tersebut merupakan yang ketujuh yang menganalisis data pemerintah terhadap 53 buah dan sayuran untuk mengetahui hasil tanaman yang paling tinggi pestisidanya setelah dicuci. Untuk produk yang ternyata paling terkontaminasi, Environmental Working Group (EWG) merekomendasikan untuk memilih yang organik.
Buah apel naik tiga peringkat dari tahun lalu, menggantikan seledri yang sebelumnya menduduki urutan pertama dan kini turun di urutan kedua. Hampir 92 persen apel mengandung dua atau lebih pestisida.
"Mungkin apel diberi pestisida dan pembasmi jamur lebih banyak agar buah ini bisa awet lebih lama," kata analis EWG, Sonya Lunder. "Pestisidanya mungkin saja dalam jumlah kecil, tetapi kita belum tahu apakah ada efeknya dalam jangka panjang," lanjutnya.
Sementara itu, stroberi berada di urutan ke-3 dan anggur yang diimpor menempati urutan ketujuh. Di lain pihak bawang menjadi produk pertanian yang paling "bersih" dengan jumlah pestisida paling minim.
Produk pertanian yang masuk dalam daftar 12 paling terkontaminasi adalah apel, seledri, stroberi, buah persik (peach), bayam, nectarine (buah lokal AS), anggur, merica, kentang, bluberi, selada dan kale.
Ranking ini menggambarkan jumlah bahan kimia yang berada dalam makanan. Mayoritas bahan makanan yang diteliti ini sudah dicuci dan dikupas sebelumnya. Mencuci buah dan sayur dengan produk pencuci ternyata tidak cukup ampuh untuk menghilangkan pestisida karena zat kimia itu diserap oleh tanaman dan terletak di bawah kulit buah.
Mengonsumsi lima macam buah dan sayuran dari kelompok yang paling terkontaminasi berarti terpapar 14 jenis pestisida.
Untuk mereka yang tidak mampu membeli produk organik, Ken Cook, Presiden EWG, menganjurkan agar memilih buah lain sebagai alternatif. "Tidak bisa membeli apel organik, pilih saja nanas, avokad, atau mangga. Buah ini berada dalam urutan teratas sebagai buah paling minim kontaminasi," katanya.
Buah yang tergolong bersih adalah yang mengandung pestisida kurang dari 10 persen. Sayuran yang masuk dalam kelompok ini antara lain asparagus, jagung, dan bawang.
Berikut urutan 15 buah dari kelompok bersih sesuai urutan, yakni bawang, jagung, nanas, alpukat, asparagus, kacang polong, mangga, terung, cantaloupe, kiwi, kol, semangka, kentang manis, jeruk besar, dan jamur.
Paparan pestisida dari makanan yang diasup diketahui bersifat toksik pada sistem saraf, menyebabkan kanker, mengganggu sistem hormon dan menyebabkan gangguan otak pada anak. Ibu hamil juga disarankan untuk menghindari makanan yang tercemar pestisida.
Penelitian yang dilakukan tim dari Harvard School of Public Health menunjukkan anak-anak yang terpapar pestisida memiliki risiko lebih tinggi menderita hiperaktif (ADHD).


Sumber :USA Today

Rabu, 01 Juni 2011

Industri Sawit Sumbang Devisa Rp90 Triliun

Menteri Negara BUMN Mustafa Abubakar mengatakan, industri minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) nasional merupakan salah satu industri yang memberikan pendapatan devisa yang cukup besar bagi negara. Pada 2009, devisa dari industri CPO ditaksir mencapai US$10 miliar.
"China dan India menjadi pasar terbesar CPO. Itu menunjukkan CPO merupakan komoditas yang terus diminati dunia, terlebih di saat melemahnya kondisi ekonomi dunia," kata Mustafa di sela pemberian sertifikat pengelolaan perkebunan kelapa sawit secara lestari dan berkelanjutan (RSPO) dari TUV Rheinland, Malaysia Sdn Bhd kepada PT Perkebunan Nusantara (PTPN) III di gedung Kementerian BUMN, Jakarta, Kamis 26 Agustus 2010.

Dia menjelaskan, selama ini kontribusi BUMN perkebunan bagi industri CPO nasional sangat signifikan. PTPN selama ini memproduksi sebanyak 2,9 juta ton CPO atau dua persen dari produk nasional pada 2009.

Namun, Mustafa mengakui, tantangan industri perkebunan CPO ke depan semakin berat. Hal itu terkait dengan upaya perusahaan untuk menyakinkan pemangku kepentingan (stakeholders) mengenai pengelolaan perkebunan yang lestari dan berkesinambungan. "PTPN diharapkan tidak hanya fokus pada laba, tapi juga keseimbangan ekosistem," katanya.
Direktur Utama PTPN III, Amri Siregar, mengatakan, tantangan perusahaan perkebunan ke depan adalah meyakinkan pasar bahwa pengelolaan dapat diselenggarakan secara lestari dan memperhatikan ekosistem.

PTPN III menerima sertifikat RSPO khusus untuk unit pengelolaan kelapa sawit di Sei Mangkei dengan rantai pasokan dari Kebun Rambutan, Kebun Dusun Ulu, Kebun Bangun, Kebun Gubung Pamela, dan Kebun Gunung Para.

Dengan sertifikat tersebut, PTPN III mengharapkan produk hulu dan hilir yang diproduksi perusahaan dapat memasuki pasar internasional lintas benua, khususnya Eropa sejak 2006.

"Sejauh ini, PTPN III adalah satu-satunya BUMN perkebunan yang menerima sertifikat dari RSPO tersebut," kata Amir.
•Sumber:  VIVAnews

Mendulang Laba dari Si Kuning Labu

Labu kuning atau waluh (bahasa Jawa) sejatinya adalah salah satu jenis buah yang tak asing lagi bagi masyarakat Indonesia. Tapi di Tanah Air, buah ini belum menjadi favorit sebagaimana terjadi di Eropa dan Amerika. Padahal, buah ini punya kandungan gizi yang syarat manfaat bagi kesehatan tubuh manusia, produk-produk olahannya juga berpotensi ekonomis tinggi.
Waluh, begitu orang Jawa menyebut buah yang tergolong sayuran ini. Sebagai sumber pangan, labu, begitu nama lainnya, tidaklah asing bagi masyarakat kita. Kendati pengolahannya masih sebatas itu saja. Padahal, buah dari tanaman merambat ini juga sumber serat kaya manfaat, terutama bagi kesehatan. Jadi, bukan sekadar memberi peragaman menu dapur.
Telah banyak bukti diungkap oleh para pakar gizi dan kesehatan tentang manfaat pumpkin, begitu orang bule menyebutnya, bagi kesehatan, seperti mengobati tekanan darah tinggi, arterosklerosis (penyempitan pembuluh darah), jantung koroner, dan diabetes mellitus (kencing manis), menurunkan panas, serta memperlancar pencernaan. Bahkan bisa pula untuk mencegah kanker.
Walau sepintas berasa “dingin”, tapi kandungan gizi buah yang bernama Latin Cucurbita moschata ini cukup beragam. Dalam setiap 100 gr labu kuning, namanya yang lain lagi, terkandung 34 kalori; 1,1 protein; 0,3 lemak; 0,8 mineral; dan 45 mg kalsium. Di samping juga serat, vitamin C dan vitamin A, serta air. Melihat kandungan gizinya yang sedemikian rupa, harap maklum bila olahan waluh sangat baik dikonsumsi dari anak-anak hingga orang tua. Apalagi, soal rasa tak perlu diragukan lagi.
Tapi, jika Anda melewati jalan raya antara Kota Salatiga - Kopeng, Kecamatan Getasan, Semarang pastilah sering menjumpai buah labu dalam ukuran besar teronggok di tepi jalan. Ketidakmampuan para petani mengolah buah labu menjadi produk makanan lain dan hanya menjualnya begitu saja membuat harga jualnya tidak tetap. Akibatnya, hasil panen buah labu seringkali hanya teronggok di tepi jalan menanti pembeli. Lebih buruk lagi, sebagian besar di antaranya hanya dijadikan makanan binatang ternak sapi.
Hal itulah yang menggerakkan hati Slamet (45), warga Desa Getasan RT 07 RW 01 Kecamatan Getasan, Semarang untuk memanfaatkan buah labu menjadi produk makanan yang lebih menarik dan bernilai ekonomis tinggi. Ayah dua anak ini mengolah labu menjadi makanan kering dalam kemasan dan menjadi makanan khas obyek wisata agro Kopeng, yakni geplak labu atau geplak waluh.
Bersama sang istri, Nanik Daryanti, Slamet mengembangkan pengolahan labu menjadi aneka kudapan ringan yang lezat. Panganan seperti geplak waluh, emping waluh, sirup waluh, bak pia waluh dan wingko waluh.
“Banyak orang yang meremehkan buah labu ini karena belum tahu bagaimana mengembangkannya. Tapi sekarang, warga di sekitar kami juga sudah banyak yang mengikuti usaha ini,” tuturnya.
Pasangan ini memulai usaha sampingannya sejak tahun 2002 lalu. Ketika itu Slamet dipercaya menjadi penyuluh lapangan dari Dinas Pertanian Kabupaten Semarang. Berbekal pengalamannya di lapangan itulah, dia memiliki pemikiran untuk mengembangkan usaha dengan memanfaatkan buah labu.
Kecamatan Getasan terutama di sekitar Kopeng yang terletak di Lereng Gunung Merbabu yang berketinggian 700-1.300 meter di atas permukaan laut (dpl) sangat cocok untuk areal pertanian termasuk budidaya labu. Karenanya, dia berharap usaha diversifikasi buah labu ini dapat berkembang dan terus meningkat. Pasalnya, produksi buah labu di sana sangat tinggi. Selain itu juga terkenal sebagai penghasil produk pertanian terutama jagung, tembakau dan sayur mayur.
“Harga labu memang labil. Pada bulan Maret-April saat musim tanam, harganya bisa mencapai Rp 1.200 per kg. Namun harga labu bisa jatuh mencapai Rp 600 per kg sewaktu panen. Malahan saat-saat tertentu harganya sangat rendah, cuma Rp 150 per kg,” papar Nanik.
Diakui oleh Nanik, awalnya bersama suami dia hanya sekadar mencoba memanfaatkan buah labu. Dari upaya coba-coba itulah justru memberikan penghasilan tambahan yang cukup besar. “Kami tidak menyangka ternyata pendapatan dari usaha ini cukup lumayan, malah justru lebih besar dari pendapatan suami saya sebagai PNS,” ujar Nanik sambil terkekeh.
Dalam satu hari, Nanik mengaku mampu membuat geplak waluh sebanyak 50 kg dari bahan dasar lima sampai delapan buah waluh. Makanan kecil dari labu ini banyak dipasarkan di sekitar Kota Salatiga, Ungaran dan Semarang. Dibantu warga sekitarnya, omzet bersih pengelolaan industri geplak waluh yang dipimpin Nanik mampu mencapai Rp 3 juta per bulan.

Omzet Rp 15 Juta Per Bulan
Masih di Semarang. Mengolah waluh untuk meningkatkan nilai ekonomisnya, sudah lebih dulu dilakukan C. Titiek Suryati ketimbang Slamet dan istrinya.  Sejak 1998 Titiek sudah memproduksi jenang dan emping waluh. Bersama dengan tujuh karyawannya yang dibagi menjadi tenaga masak, pemasaran, dan loper, setiap bulan dia menghasilkan 300 kg jenang waluh yang dijual dengan harga grosir Rp 18 ribu per kg dan harga eceran Rp 20 ribu per kg sampai Rp 22 ribu per kg.
Sedangkan untuk emping waluh yang berasa bawang, keju, barbeque, balado, dan pizza, setiap bulan ia memproduksi 600 kg, yang ditawarkan dengan harga grosir Rp 15 ribu per kg dan harga eceran Rp 18 ribu per kg hingga Rp 20 ribu per kg. “Saat sedang ramai pembeli, kami mampu memproduksi 500 kg sampai 600 kg jenang waluh per bulan dan 50 kg emping waluh per hari,” katanya. Dengan demikian, dalam sebulan, setidaknya Titiek meraup omset Rp 15 juta.
Lantas, apa bedanya jenang dan emping dari waluh ini dengan jenang dari ketan atau gula merah dan emping melinjo? “Jenang dan emping waluh kami tidak lengket di gigi ketika disantap dan bergizi. Selain itu, kandungan gula pada waluh, aman bagi penderita diabetes,” jelas Titiek yang melabeli produknya “Serasi”.
Namun, untuk menjaga kekentalan jenangnya dan keawetan produknya, dalam proses produksi, dia mencampuri waluh dengan gula pasir kualitas nomor satu, sehingga panganan yang dapat dijumpai di Ungaran dan Semarang ini mampu bertahan empat bulan hingga lima bulan.
“Serasi” yang berada di bawah bendera UD Adhie ini, dibangun dengan modal awal Rp 100 ribu yang digunakan untuk membiayai pembelian bahan baku dan bahan tambahan lain. Dengan berjalannya waktu, modal ini membengkak menjadi Rp 10 juta dan akhirnya Rp 25 juta rupiah.
“Soalnya, dulu, harga waluh cuma Rp 300 per kg, sekarang sekitar Rp 1.000 per kg. Padahal, kami membutuhkan 10 kg sampai 25 kg setiap kali berproduksi. Untungnya, waluh gampang dijumpai di Semarang,” ujar wanita yang mengaku sering menerima retur dan terpaksa membuang produknya karena terlanjur kedaluarsa.
Pada dasarnya, banyak bahan pangan lokal Indonesia yang mempunyai potensi gizi dan komponen bioaktif yang baik, tapi belum dimanfaatkan dengan optimal. Di duga, salah satu penyebabnya adalah keterbatasan pengetahuan masyarakat akan manfaat komoditas pangan tersebut. Waluh, termasuk komoditas pangan yang pemanfaatannya masih sangat terbatas. ins

 Sumber: http://www.surabayapost.co.id/

Pekan Produk Kreatif Digelar pada Juli


JAKARTA, Kementerian Perdagangan akan segera menggelar Pekan Produk Kreatif Indonesia (PPKI) pada 6-10 Juli 2011. PPKI nantinya akan bekerja sama dengan 12 kementerian dan lembaga terkait di mana tidak hanya berbentuk pameran, konvensi dan gelar seni budaya juga termasuk di dalamnya.
<a href='http://ads3.kompasads.com/new/www/delivery/ck.php?n=a194c574&cb=INSERT_RANDOM_NUMBER_HERE' target='_blank'><img src='http://ads3.kompasads.com/new/www/delivery/avw.php?zoneid=645&cb=INSERT_RANDOM_NUMBER_HERE&n=a194c574' border='0' alt='' /></a>
"Melalui konvensi ini diharapkan dapat terbentuk sinergi dan kolaborasi di antara para pemangku kepentingan guna meningkatkan kualitas dan kuantitas creativepreneur di bidang ekonomi kreatif," kata Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional (PEN) Kementerian Perdagangan Hesti Indah Kresnarini.
Konvensi dalam PPKI tersebut diisi dengan kegiatan seminar, creativepreneur development, creadictive discussion, hingga panggung kreatif. Pada acara creativepreneur development, terdapat acara kontes rencana bisnis kreatif yang akan menggunakan fasilitas video untuk menunjukkan karya klip video kreatif oleh para creativepreneur.
Hesti mengatakan, PPKI yang telah berlangsung sejak tahun 2007 itu sebelumnya bernama Pekan Produk Budaya Indonesia (PPBI). Sejak itu, kajian ekonomi kreatif pun muncul hingga cetak biru pengembangan ekonomi kreatif untuk periode 2009-2025. Hal ini kemudian mendorong lahirnya Instruksi Presiden Nomor 6 Tahun 2009 tentang Pengembangan Ekonomi Kreatif.
Selain PPKI, Kemendag juga menggelar sejumlah agenda terkait pengembangan ekonomi kreatif. Untuk tahun ini, Direktorat Jenderal PEN telah menjadwalkan 13 pameran luar negeri, 1 instore promotion, dan 6 misi dagang.
Pada 31 Juli-27 Agustus 2011, institusi ini akan mengadakan instore promotion di Harrods Department Store, London, Inggris. Kegiatan ini merupakan tindak lanjut dari kegiatan serupa pada tahun sebelumnya sekaligus menjadi persiapan kegiatan yang sama bersamaan dengan penyelenggaraan olimpiade di London. Tema yang diusung tahun ini untuk kegiatan tersebut adalah "Indonesia Creativescapes".
Sejumlah produk yang akan ditampilkan dalam ajang ini adalah busana, kerajinan, peralatan olahraga, alat musik, produk spa, serta makanan dan minuman. Selanjutnya, pada 2 Oktober 2011, Kemendag pun akan menyelenggarakan World Batik Summit (WBS) 2011. Kegiatan WBS nantinya akan diisi dengan konferensi, batik banquet, dan ekshibisi.
"Kegiatan ini bertujuan untuk mencanangkan Indonesia sebagai rumah batik dunia sekaligus bentuk rasa syukur atas diakuinya batik Indonesia sebagai warisan budaya tak benda oleh UNESCO," ujarnya.
Khusus di bidang busana, Ditjen PEN bekerja sama dengan Femina Group akan menyelenggarakan Jakarta Fashion Week 2012. Rangkaian kegiatan JFW akan dimulai dengan workshop "Trend Research and Collection Development" yang telah diselenggarakan pada April lalu.
"Kami berharap JFW 2012 ini akan dihadiri oleh pencinta fashion, fashionista, buyers, media lokal dan internasional, hingga pemerhati mode. JFW 2012 akan dikemas sebagai bagian dari rangkaian kegiatan ASEAN Summit 2011 dan menghadirkan beberapa desainer dari negara-negara ASEAN yang telah menembus pasar internasional," ujar Hesti.

Sumber: http://bisniskeuangan.kompas.com/

Jumat, 27 Mei 2011

Sambal Tumpang, Sambal Unik Khas Kediri


Jakarta - Jika umumnya tempe diolah pada saat proses fermentasi kacang kedelai matang segar. Namun tidak dengan olahan tempe pada jenis makanan yang satu ini, yakni Tumpang.

Tumpang atau biasa disebut Sambal Tumpang ini merupakan jenis makanan dari Kota Kediri, Jawa Timur. Keunikan pada sambal tumpang ini tidak lain dari bahan tempe yang digunakan.

Jika umumnya tempe digunakan pada saat masih segar, namuan jika pada sambal tumpang ini, tetapi diolah menggunakan tempe yang sudah kelewat fermentasinya hingga mengeluarkan aroma menyengat khas tempe. Namun justru aroma inilah yang menjadi keunikan dari sambal tumpang ini.

Penduduk setempat pun menyebut tempe yang terlewat matang dari fermentasi kedelai itu adalah 'tempe bosok' (baca: bahasa Jawa), alias tempe yang sudah membusuk, tentunya dalam keadaan yang baik atau bersih. Dengan membusukkan tempe terlebih dahulu, dan baru kemudian diolah, membuat sambal tumpang ini memiliki rasa yang unik dan lezat, serta nikmat di lidah.

Sebagaimana disebutkan dalam laman Wikipedia, bahwa sambal tumpang ini biasanya disajikan seperti nasi pecel khas Jawa Timur, yakni dengan nasi yang di atasnya di beri aneka lalapan atau sayur-mayur yang telah direbus terlebih dahulu. Kemudian baru disiramkan dengan sambal tumpang, dan diberi peyek sebagai pelengkap. Biasanya peyek yang digunakan adalah peyek kacang atau peyek teri.

Adapun bahan-bahan yang digunakan untuk membuat sambal tumpang tersebut diantaranya tempe busuk (bersih dan tanpa terdapat ulat), yang dicampur dengan aneka bumbu seperti lombok atau cabai, bawang putih, bawang merah, garam, santan, dan masih banyak lagi. Bahkan ada penyajian unik dalam penyajian sambal tumpang ini, yakni perpaduan antara sambal pecel (khas Jawa Timur) dan sambal tumpang, yang disebut sambal campur. Dan hasilnya, memberikan rasa yang luar biasa nikmat.

Dan makanan lengkap dengan sambal tumpang ini akan Anda temukan di banyak tempat di kota ini yang dijual cukup murah yakni berkisar antara Rp 7.000 hingga Rp 10.000 rupiah. Untuk lebih mudahnya, Anda juga bisa menemukan di sepanjang jalan Dhoho, Kota Kediri, Jawa Timur.

Namun, jika Anda penasaran dengan makanan khas yang satu ini, Anda bisa mengkreasikannya sendiri di rumah. Karena bahan yang dibutuhkan sangat mudah didapat dan cara membuatnya pun cukup mudah. Berikut resep sambal tumpang sebagaimana dikutip dari salah satu blog, Cuek, Jumat (27/5/2011), yang bisa Anda jadikan panduan untuk membuatnya.

Sambal Tumpang

Bahan:

- 150 gram tempe semangit (tempe busuk)
- Daging sapi (tetelan), secukupnya
- 5 buah cabai merah
- 5 buah cabai rawit
- 2 centimeter kencur
- 2 siung bawang putih
- 4 siung bawang merah
- 10 buah petai
- Kerupuk kulit (rambak) jika suka atau sesuai selera, secukupnya
- 2 lembar daun jeruk
- 2 lembar daun salam
- 1 centimeter lengkuas, memarkan
- 400 ml santan
- 1 sendok teh gula pasir
- 3 sendok teh garam

Cara membuat:
- Rebus jadi satu tempe, daging tetelan, bawang merah, bawang putih, cabai, daun jeruk, kencur, daun salam, lengkuas, dalam panci hingga matang dan melunak.
- Setelah daging empuk, angkat. Lalu dipotong kecil-kecil.
- Bahan rebusan lainnya semuanya diulek halus kecuali daun salam, lengkuas, dan daging. Masukkan kembali daging yang sudah dipotong-potong.
- Semua bahan direbus kembali, tuangkan santan. Setelah mendidih, masukkan petai dan kerupuk kulit tersebut. Beri garam dan sedikit gula pasir. Tunggu sampai air tinggal sedikit atau agak mengental. Angkat dan siap disajikan bersama nasi dan aneka sayuran serta rempeyek sebagai lauknya. (fty/fty)
Sumber: http://today.co.id/ 




Inovasi Dodol Garut Raih Penghargaan di Italia


Milan - Satu lagi usaha mikro lokal memberikan kebanggaan bagi Indonesia, kini giliran produk dodol Garut olahan  Kiki Gumelar, yang diinovasikan dengan coklat dan berbagai buah-buahan lain. Dodol inovatif ini meraih penghargaan Produk Niche dalam pameran makanan internasional Tutto Food di Milan, Italia.

Produk Niche merupakan produk makanan yang melestarikan tradisi makanan lokal namun dikemas dengan sentuhan khas dan inovasi sehingga dapat diterima pasar dan mampu menyangga dan mendorong ekonomi masyarakat setempat.

Kiki merupakan seorang pengusaha muda yang mendirikan perusahaan skala kecil dan menengah dengan nama UD Cokelat yang berfokus pada makanan tradisonal dodol dan mengolahnya dengan tambahan material cokelat. Beberapa produknya tampil dalam kemasan tradisional bambu yang populer disebut ‘besek’, boboko (bakul) atau tas mini wanita. Dua labelnya yaitu Chocodot rasa original dan rasa apel berhasil memperoleh penghargaan bergengsi tersebut.

Wakil Kepala International Trade Promotion Center (ITPC) Milan Indah Dwiadni, dalam siaran persnya menyatakan penghargaan ini diharapkan mampu memberikan nilai tambah bagi produk lokal dalam menghadapi persaingan pasar dan berinovasi sekaligus melestarikan makanan tradisional.

Berbagai produk lokal yang dipamerkan dalam ITPC mendapat respon positif dari pengunjung pameran yang sebagaian besar merupakan kalangan pebisnis dari bidang retail skala besar, super market, agen, hotel, restoran, café dan juga masyarakat umum.

Seperti ditulis dalam siaran pers, pengunjung Italia mengatakan apresiasinya atas kemampuan produsen Indonesia yang mampu mengolah minuman kopi yang diolah dalam berbagai macam rasa yang inovatif, ikan siap saji yang sangat lezat, sambal dan mie instant yang lezat serta cokelat tradisional yang dikemas apik dan menarik.

Pada pameran ini tercatat pengunjung mencapai angka lebih dari 300.000 yang datang dari berbagai negara dari lima benua.

Pada kesempatan tersebut terdapat setidaknya 40 pebisnis dari berbagai sektor produk marana yang menyatakan tertarik untuk melakukan kontak dan hubungan dagang dengan berbagai produk asal Indonesia, sebab saat ini pasar Eropa mulai membuka diri terhadap makanan yang dihasilkan negara lain.

“Globalisasi, terbukanya arus informasi dan makin banyaknya pendatang baru dari Asia, Afrika dan Amerika latin  yang tingal di kawasan Eropa, membuat permintaan pasar terhadap produk makanan eksotis termasuk dari Asia menjadi semakin meningkat. Oleh karena itu sangat baik bila Indonesia yang memiliki sumber daya bahan baku dan bumbu masakan untuk dapat aktif berpartisipasi untuk memperkaya khazanah pasar global di Eropa,” demikian dikatakan Direktur ACSAN European Investment Consulting Sophie Shelkoff. (lav/lav)
Sumber: http://today.co.id/ 




Selasa, 24 Mei 2011

Mutu Produk Industri Pangan Akan Ditingkatkan

CIHANJUANG,(GM)-
Sejumlah produk industri pangan rumah tangga di Cimahi mendapat kesempatan dipasarkan di tempat wisata All About Strawberry, Jln. Cihanjuang. Tujuannya untuk mengangkat produk lokal menjadi kebanggaan Cimahi.

"Kami ingin mengajak kerja sama dengan pedagang kecil yang memiliki produk bermutu. Nantinya produk tersebut akan kami seleksi untuk dipasarkan dengan penanganan SDM yang bagus. Sehingga produk tersebut dapat terangkat dan memiliki nilai jual yang bagus," kata Harry, penggagas program pengangkatan mutu produk pangan rumah tangga, Senin (17/5).

Dengan adanya produk pangan rumahan yang menjadi ciri khas akan mengangkat Cimahi di mata wisatawan domestik maupun luar negeri. Adanya space khusus bagi bagi produk lokal maka secara tidak langsung dapat meningkatkan mutu makanan yang dihasilkan usaha kecil menengah.

Hal senada diungkapkan pengelola All About Strawberry, Erna Saleh. "Kami ingin mengangkat potensi produk lokal yang benar-benar memiliki kualitas, untuk itu kami akan terus menggalang kerja sama dan berkoordinasi dengan dinas terkait," katanya.

Salah satu potensi yang diangkat dan menjadi aset wisata, yaitu Kampung Adat Cireundeu. "Tidak hanya menampilkan produk kami juga menyediakan tempat untuk mempraktikkan cara membuat makanan dari olahan singkong. Karena konsep yang kami kembangkan yaitu eduwisata atau wisata pendidikan," ungkapnya.

Sementara itu Wali Kota Cimahi H.M. Itoc Tochija menyambut positif rencana pemasaran produk lokal Cimahi. "Rencana ini harus ditindaklanjuti dan tentu saja menjadi ajang untuk berbagi dengan pemilik industri kecil di Cimahi," terang Itoc. (B.109)**   Sumber: http://www.klik-galamedia.com/



















Label Halal Perkuat Produk Lokal di Pasar Bebas

JAKARTA - Label halal pada produk makanan dan minuman (Mamin), diyakini akan memperkuat daya saing produk lokal dalam menghadapi gempuran produk Mamin asing. Dengan penerapan jaminan hahal itu, seluruh produsen Mamin yang mengekspor ke Indonesia akan meningkatkan kualitas produknya. Rencananya, DPR bersama pemerintah akan merumuskan Rancangan Undang Undang Jaminan Produk Halal. Daya saing produk lokal akan terjaga, meski menghadapi pasar bebas ASEAN-China dan AFTA, ujar Direktur Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-Obatan, dan Kosmetik (LPPOM) Majelis Ulama Indonesia, Lukmanul Hakim, Senin (23/5) kemarin. Ia menyebut, pasar dalam negeri kebanjiran produk impor yang tidak terjamin halal, padahal masyarakat muslim Indonesia punya hak jaminan makanan yang mereka konsumsi halal. Apalagi saat ini Indonesia adalah negara dengan jumlah penduduk muslim terbesar. "Indonesia adalah konsumen potensial bagi aneka jenis produk pangan, obat, dan kosmetik dari negara lain, tapi ini juga peluang bagi perusahaan dalam negeri untuk menjadi tuan di negeri sendiri," katanya. Namun sayang, hingga sekarang masih banyak produk makanan dan minuman impor yang belum bersertifikat halal. Seperti produk makanan dan minuman yang diimpor dari Cina saja saat ini baru ada sekitar 307 produk yang telah mendapat sertifikat halal. Padahal, produk impor makanan dan minuman dari negara tirai bambu itu mencapai 3.343 produk dari 232 perusahaan. Untuk melakukan sertifikasi halal, saat ini MUI telah bekerja sama dengan 44 lembaga sertifikasi halal yang terdapat di 22 negara. "Namun, kami belum melakukan kerja sama dengan lembaga standardisasi halal Cina. Untuk Cina, standardisasi halal MUI dilakukan oleh perwakilan MUI di Cina," katanya. MUI berharap Indonesia bisa secepatnya memiliki payung hukum dalam penerapan produk halal melalui pembuatan Undang-Undang Jaminan Produk Halal yang saat ini rancangannya masih dalam pembahasan di DPR RI. "Kami berharap undang-undang itu bisa selesai tahun ini karena selama ini Indonesia belum memiliki payung hukum yang komprehensif mengenai produk halal," katanya. Padahal, perdagangan internasional yang menganut pasar bebas, seperti CAFTA, Masyarakat Ekonomi Eropa (European Union), dan World Trade Organization telah mengintroduksi ketentuan mengenai pedoman halal, sebagaimana yang tercantum dalam Codex Alimenterius pada 2007. Dalam rangka meningkatkan sosialisasi informasi tentang produk halal tersebut, tahun ini MUI kembali mengadakan pameran produk halal internasional, yaitu Indonesia Halal Expo (Indhex 2011) pada 24-26 Juni di Gedung Smesco, Jakarta. "Akan diikuti oleh produsen dan lembaga sertifikasi halal dari dalam dan luar negeri, Cina juga ikut," kata Wakil Direktur 1 LPPOM MUI Osmena Gunawan. Dalam acara tersebut juga akan dicanangkan pengukuhan Indonesia sebagai pusat halal dunia (World Halal Center). Indonesia nantinya akan menjadi pusat standardisasi, sertifikasi, dan teknologi halal dunia. Sementara itu Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI), menilai kewajiban labelisasi halal untuk produk pangan akan menimbulkan masalah. YLKI mempertanyakan kesanggupan pemerintah untuk menegakkan hukum terhadap perusahaan besar yang melanggar ketentuan labelisasi halal itu. "Jika diwajibkan malah jadi persoalan. Lebih baik sifatnya voluntary saja," kata Ketua Harian YLKI Sudaryatmo. Labelisasi halal tersebut, menurut Sudaryatmo, akan otomatis dilakukan oleh pelaku usaha yang mendirikan perusahaan pangan di kawasan yang mayoritas muslim, seperti di Indonesia. "Itu konsekuensi agar produk mereka laku. Tak perlu wajib," kata Sudaryatmo. Menurut Sudaryatno, labelisasi membutuhkan biaya tinggi. Seperti pengurusan di lembaga sertifikasi, akreditasi, pemeriksa, hingga komisi fatwa. Sudaryatmo pun meminta agar proses labelisasi halal yang diterapkan berbeda antara industri pangan besar dengan industri kecil. "Industri kecil kerap mengeluh harus menanggung tiket dan biaya penginapan auditor dari Jakarta," kata Sudaryatmo. Sebelumnya, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) menyatakan semua produk pangan yang mengandung babi atau dalam prosesnya pernah bersinggungan dengan babi wajib mencantumkan kotak merah bergambar babi. Kepala BPOM Kustantinah mengatakan, gambar babi itu harus dicantumkan dalam setiap kemasan produk yang diedarkan. Langkah itu ditempuh untuk memberi informasi buat masyarakat Indonesia, yang mayoritas muslim. Ia menyayangkan masih banyaknya produk makanan yang beredar di masyarakat yang belum teregistrasi sertifikat halal. ktn, ti Label Halal Perkuat Produk Lokal di Pasar Bebas
Selasa, 24/05/2011 | 10:34 WIB JAKARTA - Label halal pada produk makanan dan minuman (Mamin), diyakini akan memperkuat daya saing produk lokal dalam menghadapi gempuran produk Mamin asing. Dengan penerapan jaminan hahal itu, seluruh produsen Mamin yang mengekspor ke Indonesia akan meningkatkan kualitas produknya. Rencananya, DPR bersama pemerintah akan merumuskan Rancangan Undang Undang Jaminan Produk Halal. Daya saing produk lokal akan terjaga, meski menghadapi pasar bebas ASEAN-China dan AFTA, ujar Direktur Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-Obatan, dan Kosmetik (LPPOM) Majelis Ulama Indonesia, Lukmanul Hakim, Senin (23/5) kemarin. Ia menyebut, pasar dalam negeri kebanjiran produk impor yang tidak terjamin halal, padahal masyarakat muslim Indonesia punya hak jaminan makanan yang mereka konsumsi halal. Apalagi saat ini Indonesia adalah negara dengan jumlah penduduk muslim terbesar. "Indonesia adalah konsumen potensial bagi aneka jenis produk pangan, obat, dan kosmetik dari negara lain, tapi ini juga peluang bagi perusahaan dalam negeri untuk menjadi tuan di negeri sendiri," katanya. Namun sayang, hingga sekarang masih banyak produk makanan dan minuman impor yang belum bersertifikat halal. Seperti produk makanan dan minuman yang diimpor dari Cina saja saat ini baru ada sekitar 307 produk yang telah mendapat sertifikat halal. Padahal, produk impor makanan dan minuman dari negara tirai bambu itu mencapai 3.343 produk dari 232 perusahaan. Untuk melakukan sertifikasi halal, saat ini MUI telah bekerja sama dengan 44 lembaga sertifikasi halal yang terdapat di 22 negara. "Namun, kami belum melakukan kerja sama dengan lembaga standardisasi halal Cina. Untuk Cina, standardisasi halal MUI dilakukan oleh perwakilan MUI di Cina," katanya. MUI berharap Indonesia bisa secepatnya memiliki payung hukum dalam penerapan produk halal melalui pembuatan Undang-Undang Jaminan Produk Halal yang saat ini rancangannya masih dalam pembahasan di DPR RI. "Kami berharap undang-undang itu bisa selesai tahun ini karena selama ini Indonesia belum memiliki payung hukum yang komprehensif mengenai produk halal," katanya. Padahal, perdagangan internasional yang menganut pasar bebas, seperti CAFTA, Masyarakat Ekonomi Eropa (European Union), dan World Trade Organization telah mengintroduksi ketentuan mengenai pedoman halal, sebagaimana yang tercantum dalam Codex Alimenterius pada 2007. Dalam rangka meningkatkan sosialisasi informasi tentang produk halal tersebut, tahun ini MUI kembali mengadakan pameran produk halal internasional, yaitu Indonesia Halal Expo (Indhex 2011) pada 24-26 Juni di Gedung Smesco, Jakarta. "Akan diikuti oleh produsen dan lembaga sertifikasi halal dari dalam dan luar negeri, Cina juga ikut," kata Wakil Direktur 1 LPPOM MUI Osmena Gunawan. Dalam acara tersebut juga akan dicanangkan pengukuhan Indonesia sebagai pusat halal dunia (World Halal Center). Indonesia nantinya akan menjadi pusat standardisasi, sertifikasi, dan teknologi halal dunia. Sementara itu Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI), menilai kewajiban labelisasi halal untuk produk pangan akan menimbulkan masalah. YLKI mempertanyakan kesanggupan pemerintah untuk menegakkan hukum terhadap perusahaan besar yang melanggar ketentuan labelisasi halal itu. "Jika diwajibkan malah jadi persoalan. Lebih baik sifatnya voluntary saja," kata Ketua Harian YLKI Sudaryatmo. Labelisasi halal tersebut, menurut Sudaryatmo, akan otomatis dilakukan oleh pelaku usaha yang mendirikan perusahaan pangan di kawasan yang mayoritas muslim, seperti di Indonesia. "Itu konsekuensi agar produk mereka laku. Tak perlu wajib," kata Sudaryatmo. Menurut Sudaryatno, labelisasi membutuhkan biaya tinggi. Seperti pengurusan di lembaga sertifikasi, akreditasi, pemeriksa, hingga komisi fatwa. Sudaryatmo pun meminta agar proses labelisasi halal yang diterapkan berbeda antara industri pangan besar dengan industri kecil. "Industri kecil kerap mengeluh harus menanggung tiket dan biaya penginapan auditor dari Jakarta," kata Sudaryatmo. Sebelumnya, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) menyatakan semua produk pangan yang mengandung babi atau dalam prosesnya pernah bersinggungan dengan babi wajib mencantumkan kotak merah bergambar babi. Kepala BPOM Kustantinah mengatakan, gambar babi itu harus dicantumkan dalam setiap kemasan produk yang diedarkan. Langkah itu ditempuh untuk memberi informasi buat masyarakat Indonesia, yang mayoritas muslim. Ia menyayangkan masih banyaknya produk makanan yang beredar di masyarakat yang belum teregistrasi sertifikat halal.


Sumber: http://www.surabayapost.co.id/

Sabtu, 14 Mei 2011

Potensi hasil pertanian di Sulawesi Selatan

- Produksi padi pada tahun 2007 sebesar 8.529.23 ton yang dipanen dari areal seluas 2.261 hektar atau rata-rata 3.77 ton perhektar. Produksi jagung pada tahun 2007 sebesar 2.53.18 ton perhektar. pada tahun 2007, Produksi Ubi Kayu 5. 610 .80 ton, Kacang Tanah 2.60 ton, Kedelai 11,43 ton dan kacang hijau 16.93 ton.



PARE PARE

- Pada tahun 2007 produksi padi sebesar 4.261 ton, dengan luas panen 942 hektar. Produksi tanaman palawija, seperti Jagung sebesar 469 ton luas panen 418 hektar, jumlah produksinya 534 ton, Kedelai produksi 10 ton, dengan luas panen 10 hektaredan kacang hijau 23 ton dengan luas panen 23 hektare.

PALOPO

- Hasil-hasil pertanian di Kabupaten Palopo tahun 2007 adalah:

l. Padi luas panen 25.384 hektar dan hasil produksinya 107.908 ton

2. Jagung, luas panen 45 hektare dan hasil produksinya 95 ton

3. Kedelai, luas panen 8 hektar dan produksi 8 ton.

4. Ubi Jalar, luas panen 15 hektare dan hasil produksi 164 ton

SELAYAR

- Hasil-hasil Pertanian Kabupaten Selayar pada tahun 2007 adalah.

1. Padi luas panen 1.171 ha dan hasil produksi 3.097 ton

2. Jagung luas panen 2.421 hadan hasil produksi 2.424 ton

3. Ubi kayu, luas panen 3.84 ha dan produksi 5.605 ton.

4. Kacang tanah, luas panen 1.560 ha dan hasil produksi 2.424 ton

5. Kedelai, luas panen114 ha dan hasil produksi 176 ton

6. Kacang hijau, luas panen 445 ha dan hasil produksi 511 ton.

7. Ubi Jalar, luas panen 71 ha dan produksi 602 ton.

BULUKUMBA

- Hasil- hasil pertanian di Kabupaten Bulukumba pada tahun 2005adalah:

1. Padi sawah luas panen 40.624 dan hasil produksinya 193. 000 ton

2. Jagung, luas panen 26.374 ha dan hasil produksinya 87.361 ton

3. Ubi Kayu, luas panen 1.654 ha dan hasil produksi 29.854 ton

4. Kacang Tanah, luas panen 4.081 hadan hasil produksinya 4.956 ton

5. Kedelai, luas panen 15 ha dan hasil produksi 30 ton

6. Kacang Hijau, luas panen 1.019 ha dan hasil produksinya 1.024 ton

KABUPATEN BANTAENG

Hasil- hasil pertanian Kabupaten Bantaeng pada tahun 2007 adtalah:

1. Padi sawah luas panen 13.012 ha dan hasil produksi 55.739 ton

2. Jagung, luas panen 23.905 ha. dan hasil produksinya 96.038 ton

3. Ubi Kayu, luas panen 182 ha dan produksi 739 ton

4. Kacang Tanah, luas panen 781 ha dan hasil produksi 739 ton

5. Kedelai luas panen 114 ha. dan hasil produksi 283 ton

6. Kacang Hijau, luas panen 59 ha. dan hasil produksi 71 ton

KABUPATEN JENEPONTO

- Hasil- hasil pertanian Kabupaten Jeneponto pada tahun 2007 adalah:

1. Padi sawah luas panen 16.408 ha. dan hasil produsinya 82.676ton

2. Jagung, luas panen 40.184 ha. dan hasi produksi 172.604 ton

3. Ubi Kayu, luas panen 6.505 ha. dan hasil produksinya 141.191 ton

4. Kacang tanah, luas panen 728 ha dan produksi 892 ton

5. Kedelai, luas panen 2.075 ha. dan hasil produksi 3.023 ton

6. Kacang Hijau, luas panen 2,574 ha dan hasil produksi 2.637 ton.

KABUPATEN TAKALAR

- Hasil- hasil pertanian Kabupaten Takalar pada tahun 2007

1. Padi sawah, luas panen 23.902 ha dan hasil produksi 110.710 ton.

2. Padi Ladang, luas panen 945 ha dan hasil produksi 3.123 ton

3 Jagung, luas panen 5.117 ha dan hasil produksi 21.300 ton

4. Ubi Kayu, Luas panen 7.02 ha dan hasil produksi 10.946 ton

5. Kacang Tanah, luas panen 174 ha dan hasil produksi 246 ton

6. Kedelai, luas panen 601 ha dan hasil produksi 925 ton

7. Kacang Hijau, luas panen 4.413 ha dan hasil produksi 4.854 ton

KABUPATEN GOWA

- Hasiil- hasil pertanian di Kabup aten Gowa pada tahun 2007 adalah

1.. Padi sawah luas panen 368.637 ha dan hasil produksi 183.748 ton.

2. Jagung luas panen 29.366 ha dan hasil produksi 129.745 ton.

3. Ubi Kayu luas panen 14. 439 ha, dan hasil produksi 257,102 ton.

4. Kacang Tanah luas panen 496 ha, dan hasil produksi 496 ton.

5. Kedelai luas panen 109 ha dan hasil produksi 273 ton

6 Kacang tanah luas panen 3.697 dan hasil produksi 5.204 ton.

KABUPATEN SINJAI

- Hasi-hasil pertanian dikabupaten Sinjai adalah

1. Padi sawah luas panen 20.064 ha dan hasil produksi 91.589 ton

2. Jagung luas panen 13.454 ha dan hasil produksi 31.697 ton

3. Ubi kayu luas panen 461ha dan hasil produksi 7889 ton

4. Kacang tanah luas panen 5.177 ha dan hasil produksi 5030 ton

5. Ubi jalar luas panen 318 ha dan hasil produksi 3.492 ton

KABUPATEN MAROS.

- Hasil - hasil pertanian di kab. Maros pada tahun 2007 adalah

1. Padi Sawah Luas panen 34.719 ha dan hasil produksi 176.092 ton

2. Jagung luas panen 1.163 ha dan hasil produksi 3.072 ton

3. Ubi Kayu luas panen 461 ha dan hasil produksi 76..925 ton

4. Kacang tanah luas panen 2.620 ha dan hasil produksi 2.679 ton

5. Ubi Jalar luas panen 263 ha dan hasil produksi 2.457 ton

6. Kacang Hijau hasil panen 1.072 ha dan hasil produksi 1.297 ton
PANGKEP

- Hasil Pertanian Kabupaten Pangkep tahun 2007 adalah

1. Padi sawah luas panen 18.373 ha dan hasil produksi 91.099 ton

2. Jagung luas panen 560 ha dan hasil produksi 1.450 ton

3. Kedelai luas panen 430 ha dan hasil produksi 1.017 ton

4. Kacang Tanah luas panen 1.131 ha dan hasil produksi 1.630 ton

5. Ubi Jalar hasil panen 164 ha dan luas produksi 1.201 ton

6. Kacang Hijau luas panen 590 ha dan hasil produksi 739 ton
KABUPATEN BARRU

- Hasil pertanian di Kabupaten Barru pada tahun 2007 adalah

1. Padi luas panen 14.782 ha dan hasil produksi 63.053 ton.

2. Jagung luas panen 302 ha dan hasil produksi 970 ton

3. Kedelai luas panen 10 ha dan hasil proddan hasil produksii 17 ton

4. Kacang Tanah luas panen 1.398 ha dan hasil produksi 2.097 ton

5. Ubi Jalar luas panen 132 ha dan hasil produksi 1.459 ton

6. Kacang Hijau luasl panen 23 ha dan hasil p[roduksi 30 ton

KABUPATEN BONE

-Hasil Pertanian di Kabupaten bone pada tahun 2007 adalah

1. Padi luas panen 110.387 ha dan hasil produksi 467.545 ton

2. Jagung luas panen 33.171 ha dan hasil produksi 71.942 ton

3. Kedelai luas panen 4.691 ha dan hasil produksi 7.967 ton

4. Kacang Tanah luas panen 15.808 ha dan hasil produksi 15.223 ton

5. Ubi Jalarluas panen 379 ha dan hasil produksi 4.321 ton

6. Kacang Hijau luas panen 23 ha dan hasil produksi 30 ton

KABUPATEN WAJO

- Hasil Pertanian di Kabupaten Wajo adalah

1. Padi luas panen 79.563 ha dan hasil produksi 356.724 ton

2. Jagung luas panen 5.134 ha dan hasil produksi 16.695 ton

3. Kedelai luas panen1.012 ha dan hasil produksi 2.957 ton

4. Kacang Tanah luas panen 815 ha dan hasil produksi 1.668 ton

5. Ubi Jalar luas panen 156 ha dan hasil produksi 1.588 ton

6. Kacang Hijau luas panen 3.071 ha dan hasil produksi 3.277 ton

KABUPATEN LUWU

- Hasil Pertanian Kabupaten Kabupaten Luwu tahun 2007 adalah

1. Padi luas panen 48.106 ha dan hasil produksi 222.043 ton

2. Jagung luas panen 624 ha dan hasil produksi 1.997 ton

3 Kedelai luas panen 248 ha dan hasil produksi 267 ton

4. Kacang Tanah luas panen 226 ha dan hasil produksi 267 ton

5. Ubi Jalar luas panen 224 ha dan hasil produksi 2.928 ton

6. Kacang Hijau luas panen 52 ha dan hasil produksi 77 ton

KABUPATEN TANA TORAJA

-Hasil pertanian di kab. tana toraja pada tahun 2007 adalah

1. Padi luas panen 23.766 ha dan hasil produksi 944.444 ton

2. Jagung luas panen 602ha dan hasil produksi 1.798 ton

3. Kedelai luas panen 23 ha dan hasil produksi 40 ton

4. Kacang Tanah luas panen 291 ha dan hasil produksi 576 ton

5. Ubi Jalar luas panen 599 ha dan hasil produksi 15.226 ton

KABUPATEN PINRANG


- Hasi Pertanian Kabupaten Pinrang pada tahun 2007 adalah

1. Padi luas panen 769.151 ha dan hasil produksi 389.810 ton

2. Jagung luas panen 816 ha dan hasil produksi 1.642 ton

3. Kedelai luas panen 300 ha dan hasil produksi 494 ton

4. Kacang tanah luas panen 51 ha dan hasil produksi 108 ton

5 Ubi Jalar luas panen 91 ha dan hasil produksi 786 ton

6. Kacang Hijau luas panen 351 ha dan hasil produksi 60 ton

KABUPATEN SOPPENG

- Hasil Pertanian Kabupaten Soppeng pada tahun 2007 adalah

1. Padi luas panen 33.686 ha dan hasil produksi 179.711 ton

2. Jagung luas panen 7.686 ha dan hasil produksi 27.458 ton

3 Kedelai luas panen 2.287 ha dan hasil produksi 3.145 ton

4 Kacang Tanah luas panen 1.325 ha dan hasil produksi 2.200 ton

5. Ubi Jalar luas panen 10 ha dan hasil produksi 39 ton

6. Kacang Hijau luas panen 7.05 ha dan hasil produksi 925 ton

KABUPATEN SIDRAP

-Hasil Pertanian Kabupaten Sidrap pada tahun 2007 adalah

1. Padi luas panen 65.793 ha dan hasil produksi 331.211 ton

2. Jagung luas panen 2.806 ha dan hasil produksi 8.161 ton

3. Kedelai uas panen 6 ha dan hasil produksi 12 ton

4. Kacang tanah luas panen 590 ha dan hasil produksi 1.159 ton

5 Ubi Jalar luas panen 94 ha dan hasil produksi 705 ton

6. Kacang Hijau luas panen 116 ha dan hasil produksi 192ton

KABUPATEN ENREKANG

- Hasil Pertanian Kabupaten Enrekang pada tahun 2007 adalah

1. Padi luas panen 5.078 ha dan hasil produksi 17.558 ton

2. Jagung luas panen 5.103 ha dan hasil produksi 15.955 ton

3. Kedelai Luas panen 175 ha dan hasil produksi 318 ton

4. Kacang Tanah luas panen 244 ha dan hasil produksi 523 ton

5 Ubi Jalar luas panen 356 ha dan hasil produksi 5.597 ton

6. Kacang Hijau luas panen 55 ha dan hasil produksi 68 ton

LUWU UTARA

- Hasil-Hasil Pertanian di Kabupaten Luwu Utara pada tahun 2007 adalah

1. Padi luas panen 25.746 ha dan hasil produksi 119.629 ton

2. Jagung luas panen 3.195 ha dan hasil produksi 8.860 ton

3 Kedelai luas panen 409 ha dan hasil produksi 525 ton

4. Kacang Tanah luas panen 254 ha dan hasil produsi 281 ton

5. Ubi Jalar luas panen 351 ha dan hasil produsi 4.034 ton

6. Kacang Hijau luas panen 221 ha dan hasil produksi 338 ton

KABUPATEN LUWU TIMUR

-Hasil- hasil Pertanian Kabupaten Luwu Timur pada tahun 2007 adalah

1. Padi luas panen 2.224 ha dan hasil produksi 9.282 ton

2. Jagung luas panen 1.540 ha dan hasil produksi 5. 126 ton

3 Kedelai luas panen 150 ha dan hasil produksi 156 ton

4. Kacang Tanah luas panen 172 ha dan hasil produksi 203 ton

5. Ubi Jalar luas panen 8 ha dan hasil produksi 69 ton

6. Kacang Hijau luas panen 45 ha dan hasil produksi 47 ton
Sumber: sel-sel.go.id

Potensi Perkebunan Sulawesi Selatan

1. ENREKANG

Luas areal dan produksi perkebunan rakyat di Enrekang pada tahun 2007

Kelapa dalam luas areal 981.00 ha dan hasil produksi 524 .00 ton.

Cengkeh luas areal 967,00 ha dengan hasil produksi 166,00 ton

Kakao luas areal 6.402,00 dengan hasil pro duksi 2.683,00 ton

Jambu mete dengan luas areal 2.079,00 ha dan hasil produksi 151,00 ton

Lada dengan luas areal 2.332,00 ha dan hasil produksi 1.035,00 ton

Kemiri dengan luas areal 2.922,00 ha dan hsil produksi 1.035,00 ton

Kapuk dengan luas areal 235,00 ha dan hasil produksi 25,00 ton

Panili dengan luas areal 159,70 ha dan hasil produksi 10,70 ton

2. PALOPO

Luas areal dan produksi perkebnan rakyat di Palopo pada tahun 2007

Pala dalam luas areal 4,00 ha dan hasil produksi 3,00

Sagu dengan luas areal 509,00 dan hasil produksi 666,00 ton

Kapuk degan luas areal 19,00 ha dan hasil produksi 23,00 ton

Kemiri dengan areal 26,00 dan hasil produksi 8,00 ton

Panili dengan lua areal 97,00 ha dan hasil produksi 29,00 ton

3. SELAYAR

Luas areal dan produksi perkebunan rakyat di Selayar pada tahun 2007

Kelapa dalam luas areal 19.753.00 ha dan hasil produksi 24.189,75 .00 ton.

Kelapa Hibrida luas areal 442,00 ha dengan hasil produksi 186,80

Kopi robusta luas areal 28,00 ha degan hasil produksi 2,21 ton.

Cengkeh luas areal 705,00 ha dengan hasil produksi 471,67 ton

Kakao luas areal 701,50 ha dengan hasil produksi 27,08 ton

Jambu mete dengan luas areal 3.672.50 ha dan hasil produksi 1.390.50 ton

Lada dengan luas areal 357,00 ha dan hasil produksi 23,00 ton

Kemiri dengan luas areal 2.040,00 ha dan hsil produksi 2.203,17 ton

Kapuk dengan luas areal 357,00 ha dan hasil produksi 70,85 ton

Pala dengan luas areal 995,50 ha dan hasil produksi 396,54 ton

4. BULUKUMBA

Luas areal dan produksi perkebunan rakyat di Bulukumba pada tahun 2005

Kelapa dalam luas areal 7.618,00 ha dan hasil produksi 6.101.00 ton.

Kelapa Hibrida luas areal 5.303.00 ha dengan hasil produksi 7.193,00 ton

Kopi robusta luas areal 5.103,00 ha degan hasil produksi 4.648.00 ton.

Cengkeh luas areal 3.758 ha dengan hasil produksi 1.937,00 ton

Kakao luas areal 5.136,00 ha dengan hasil produksi 3.048,00 ton

Jambu mete dengan luas areal 4.601,00 ha dan hasil produksi 1.363,37 ton

Lada dengan luas areal 357,00 ha dan hasil produksi 23,00 ton

Kapuk dengan luas areal 1.031,00 ha dan hasil produksi 88,00 ton

Pala dengan luas areal 566,00 ha dan hasil produksi 43 ton

Kemiri dengan luas areal 1.310,00 ha dan hasil produksi 336,00 ton

Kapas dengan luas areal 1.388,25 ha dan hasil produksi 62,15 ton

5. BANTAENG

Luas areal dan produksi perkebunan rakyat di Bantaeng pada tahun 2007

Kelapa dalam luas areal 883,00 ha dan hasil produksi 596,00 ton.

Kelapa Hibrida luas areal 131,00 ha dengan hasil produksi 65,00 ton

Kopi robusta luas areal 3.076,00 ha degan hasil produksi 1.440,00 ton.

Cengkeh luas areal 529,25 ha dengan hasil produksi 298,00 ton

Kakao luas areal1.848.50 ha dengan hasil produksi 545,00 ton

Jambu mete dengan luas areal 851,,00 ha dan hasil produksi 383,50 ton

Kapuk dengan luas areal 2.193,00 ha dan hasil produksi 1.395,00 ton

6. JENEPONTO

Luas areal dan produksi perkebunan rakyat di Jeneponto pada tahun 2007

Kelapa dalam luas areal 5.483.25 ha dan hasil produksi 3.490.230 ton.

Kelapa Hibrida luas areal 240 ha dengan hasil produksi 138.153 ton

Kopi robusta luas areal 2.443,25 ha degan hasil produksi 1.342.461 ton.

Cengkeh luas areal 198.35 ha dengan hasil produksi 55.061 ton

Kakao luas areal 106.50 ha dengan hasil produksi 30.562 ton

Jambu mete dengan luas areal 2.576,95 ha dan hasil produksi 992.241 ton

Kapuk dengan luas areal 1.496.15 ha dan hasil produksi 489.399 ton

Kapas dengan luas areal 919,00 ha dan hasil produksi 43.891 ton

7. TAKALAR

Luas areal dan produksi perkebunan rakyat di Takalar pada tahun 2007

Kelapa dalam luas areal 1.553,00 ha dan hasil produksi 1,110,00 ton.

Kelapa Hibrida luas areal 389 ha dengan hasil produksi 334,00 ton

Kopi robusta luas areal 9,00 ha degan hasil produksi 5,00 ton.

Tebu rakyat luas areal 605,59 ha dengan hasil produksi 30,27 9,50 ton

Kakao luas areal 36,00 ha dengan hasil produksi 26,00 ton

Jambu mete dengan luas areal 179,00 ha dan hasil produksi 992,00 ton

Kapuk dengan luas areal 435,00 ha dan hasil produksi 230,00 ton

Kemiri dengan luas areal 255,00 ha dan hasil produksi 54,00 ton

8. GOWA

Luas areal dan produksi perkebunan rakyat di Gowa pada tahun 2007

Kelapa dalam luas areal 1.505,00 ha dan hasil produksi 1,457,00 ton.

Kelapa Hibrida luas areal 205,00 ha dengan hasil produksi 214,00 ton

Kopi robusta luas areal 2.399,00 ha dengan hasil produksi 612,00 ton.

Cengkeh luas areal 437,00 ha dengan hasil produksi 192,00 ton

Kakao luas areal 1.069,00 ha dengan hasil produksi 384,00 ton

Lada dengan luas areal 38,00 ha dan hasil produksi 5,00 ton

Kapuk dengan luas areal 1.219,00 ha dan hasil produksi 518,00 ton

Kemiri dengan luas areal 1.943,00 ha dan hasil produksi 762,00 ton

9. SINJAI

Luas areal dan produksi perkebunan rakyat di Sinjai pada tahun 2005

Kelapa luas areal 4761,00 ha dan hasil produksi 5.383,00 ton.

Kelapa Hibrida luas areal 151,00 ha dengan hasil produksi 100,00 ton

Kopi robusta luas areal 2.884,00 ha degan hasil produksi 2.839,00 ton.

Kopi Arabica luas areal 1.310,,00 ha degan hasil produksi 606,00 ton.

Cengkeh luas areal 5.201,00 ha dengan hasil produksi 1.501,00 ton

Kakao luas areal 4.178,00 ha dengan hasil produksi 2.129,00 ton

Jambu mete dengan luas areal 5.469,00 ha dan hasil produksi 1.761,00 ton

Lada dengan luas areal3.289,00 ha dan hasil produksi 2.380,00 ton

Kapuk dengan luas areal 1.810,00 ha dan hasil produksi 655,00 ton

Pala dengan luas areal 566,00 ha dan hasil produksi 43 ton

Kemiri dengan luas areal 2.549,00 ha dan hasil produksi 924,00 ton

Panili dengan luas areal 1.542,00 ha dan hasil produksi 859,00 ton

Tembakaudengan luas areal 2.227,00 ha dan hasil produksi 1.147,00 ton

10. MAROS

Luas areal dan produksi perkebunan rakyat di Maros pada tahun 2007

Kelapa dalam luas areal 1940,00 ha dan hasil produksi 290,00 ton.

Kelapa Hibrida luas areal 87,00 ha dengan hasil produksi 50,00 ton

Kopi robusta luas areal 396,00 ha dengan hasil produksi 59,00 ton.

Cengkeh luas areal 10,00 ha dengan hasil produksi 1,00 ton

Kakao luas areal 1.402,00 ha dengan hasil produksi 514,00 ton

Lada dengan luas areal 61,00 ha dan hasil produksi 5,50 ton

Kapuk dengan luas areal 97,00 ha dan hasil produksi 20,00 ton

Kemiri dengan luas areal 9.875,00 ha dan hasil produksi 5.618,00 ton

Jambu mete dengan luas areal 2.457,00 ha dan hasil produksi 735,00 ton

11. LUWU UTARA

Luas areal dan produksi perkebunan rakyat di Luwu Utara pada tahun 2007

Kelapa dalam luas areal 2.556,10 ha dan hasil produksi 1.270,23 ton.

Kelapa Hibrida luas areal1.313,01 ha dengan hasil produksi 318,00 ton

Cengkeh luas areal 210,75 ha dengan hasil produksi 40,82 ton

Kakao luas areal 55.550.70 ha dengan hasil produksi 28.515,02 ton

Lada dengan luas areal 56,00 ha dan hasil produksi 5,10 ton

Kapuk dengan luas areal 0,65 ha dan hasil produksi 0,45 ton

Paniliidengan luas areal 245,85 ha dan hasil produksi 580,00 ton

12. PINRANG

Luas areal dan produksi perkebunan rakyat di Pinrang pada tahun 2007

Kelapa dalam luas areal 10.452,00 ha dan hasil produksi 5.837,00 ton.

Kelapa Hibrida luas areal 2.487,00 ha dengan hasil produksi 2.926,00 ton

Kopi robusta luas areal 3.752,00 ha dengan hasil produksi 2.261,00 ton.

Kopi Arabica luas areal 357,00 ha dengan hasil produksi 185,00 ton.

Cengkeh luas areal 297,00 ha dengan hasil produksi 67,00 ton

Kakao luas areal 21.905,00 ha dengan hasil produksi 23.909,00 ton

Lada dengan luas areal 199,90 ha dan hasil produksi 44,13 ton

Kapuk dengan luas areal 312,00 ha dan hasil produksi 17,00 ton

Kemiri dengan luas areal 1.307,00 ha dan hasil produksi 599,00 ton

Jambu mete dengan luas areal 2.617 ha dan hasil produksi 492,00 ton

13. LUWU TIMUR

Luas areal dan produksi perkebunan rakyat di Luwu Timur pada tahun 2007

Kelapa dalam luas areal 2.317,70 ha dan hasil produksi 3.196.20 ton.

Cengkeh luas areal 1.080,00 ha dengan hasil produksi 187,00 ton

Kakao luas areal 32.132,00 ha dengan hasil produksi 22.058,66 ton

Lada dengan luas areal 1,483,49 ha dan hasil produksi 720,00 ton

14. SOPPENG

Luas areal dan produksi perkebunan rakyat di Soppeng pada tahun 2007

Kelapa dalam luas areal 4.112.00 ha dan hasil produksi 3.608.00 ton.

Kelapa Hibrida luas areal 354,00 ha dengan hasil produksi 128.00 ton

Kopi robusta luas areal 356.00 ha dengan hasil produksi 81,50 ton.

Cengkeh luas areal 225,00 ha dengan hasil produksi 51,50 ton

Kakao luas areal 12.962,00 ha dengan hasil produksi 6.820,00 ton

Jambu mete dengan luas areal 4.669,00 ha dan hasil produksi 1.130.00 ton

Lada dengan luas areal 48,00 ha dan hasil produksi 1,00 ton

Kemiri dengan luas areal 505,00 ha dan hasil produksi 199,00 ton

Tembakaudengan luas areal 2,00 ha dan hasil produksi 0,60 ton

15. SIDRAP

Luas areal dan produksi perkebunan rakyat di Sidrap pada tahun 2007

Kelapa dalam luas areal 3.754,54 ha dan hasil produksi 1.652,00 ton.

Kelapa Hibrida luas areal 723,10 ha dengan hasil produksi 1.530,48 ton

Kopi robusta luas areal 251,00 ha dengan hasil produksi 73,80 ton.

Cengkeh luas areal 1.724,00 ha dengan hasil produksi 325,94 ton

Kakao luas areal 9.315,10 ha dengan hasil produksi 3.780,28 ton

Jambu mete dengan luas areal 6.608,55 ha dan hasil produksi 3.751,73 ton

Lada dengan luas areal 199,90 ha dan hasil produksi 44,13 ton

Kemiri dengan luas areal 1.523,13 ha dan hasil produksi 505,67 ton

16. TORAJA

Luas areal dan produksi perkebunan rakyat di Toraja pada tahun 2007

Kelapa dalam luas areal 322,50 ha dan hasil produksi 17,74 ton.

Kopi robusta luas areal 5.187,00 ha dengan hasil produksi 1.505,00 ton.

Kopi Arabica luas areal 16.398,00 ha dengan hasil produksi 3.920,00 ton.

Cengkeh luas areal 2.413,00 ha dengan hasil produksi 155,48 ton

Kakao luas areal 5.025,00 ha dengan hasil produksi 3.078 ton

Lada dengan luas areal 172,50 ha dan hasil produksi 27,64 ton

Kapuk dengan luas areal 19,00 ha dan hasil produksi 76,4950 ton

Kemiri dengan luas areal 547,50 ha dan hasil produksi 121,80 ton

Panili dengan luas areal 1.888,00 ha dan hasil produksi 110,00 ton

17. LUWU

Luas areal dan produksi perkebunan rakyat di Luwu pada tahun 2007

Kelapa dalam luas areal 64.356,90 ha dan hasil produksi 3.860,44 ton.

Kelapa Hibrida luas areal 173,02 ha dengan hasil produksi 195,72 ton

Kopi robusta luas areal 785,25 ha dengan hasil produksi 326,85 ton.

Kopi Arabica luas areal 3.472,50 ha dengan hasil produksi 1.988,76 ton.

Cengkeh luas areal 14,240,60 ha dengan hasil produksi 10,140,57 ton

Kakao luas areal 36,230,90 ha dengan hasil produksi 30,863,00 ton

Jambu mete dengan luas areal 354,50 ha dan hasil produksi 189,00 ton

Kapuk dengan luas areal 78,00 ha dan hasil produksi 14,78 ton

Kemiri dengan luas areal 273,07 ha dan hasil produksi 150,30 ton

Panili dengan luas areal 524,47 ha dan hasil produksi 651,63 ton

18. WAJO

Luas areal dan produksi perkebunan rakyat di Wajo pada tahun 2007

Kelapa dalam luas areal 6.939,00 ha dan hasil produksi 5.150,00 ton.

Kelapa Hibrida luas areal 1.994,50 ha dengan hasil produksi 1.030,00 ton

Kopi robusta luas areal 140,00 ha dengan hasil produksi 15,00 ton.

Cengkeh luas areal 4.165,00 ha dengan hasil produksi 295,00 ton

Kakao luas areal 14.850,00 ha dengan hasil produksi 8.375,00 ton

Jambu mete dengan luas areal 3.902,00 ha dan hasil produksi 837,00 ton

Kapuk dengan luas areal 215,00 ha dan hasil produksi 25,00 ton

Kemiri dengan luas areal 1.241,00 ha dan hasil produksi 110,00 ton

Panili dengan luas areal 230,00 ha dan hasil produksi 2,25 ton

19. BONE

Luas areal dan produksi perkebunan rakyat di Bone pada tahun 2007

Kelapa dalam luas areal 11.842,00 ha dan hasil produksi 8.304,00 ton.

Kelapa Hibrida luas areal 2.747,00 ha dengan hasil produksi 1.107,00 ton

Kopi Arabica luas areal 1.044,00 ha dengan hasil produksi 262,00 ton.

Cengkeh luas areal 13.018,00 ha dengan hasil produksi 870,00 ton

Kakao luas areal 130,007,00 ha dengan hasil produksi 15,458,00 ton

Jambu mete dengan luas areal 8.242,00 ha dan hasil produksi 2.863,00 ton

Kemiri dengan luas areal 7.195,00 ha dan hasil produksi 6.052,00 ton

Tebu Rakyat dengan luas areal1.695,00 ha dan hasil produksi 2.571,00 ton

Tembakau dengan luas areal 941,00 ha dan hasil produksi 863,00 ton

20. PANGKEP

Luas areal dan produksi perkebunan rakyat di Pangkep pada tahun 2007

Kelapa dalam luas areal 4.684,00 ha dan hasil produksi 4.309,00 ton.

Kelapa Hibrida luas areal78,00 ha dengan hasil produksi 29,00 ton

Kopi robusta luas areal 627,00 ha dengan hasil produksi 80,00 ton.

Cengkeh luas areal 27,00 ha dengan hasil produksi 320,00 ton

Jambu Mete dengan luas areal 6.608,55 ha dan hasil produksi 3.751,73 ton

Kakao luas areal 245,00 ha dengan hasil produksi 39,40 ton

Lada dengan luas areal 106,00 ha dan hasil produksi 5,40 ton

Kapuk dengan luas areal 134,00 ha dan hasil produksi 63,00 ton

Kemiri dengan luas areal 824,00 ha dan hasil produksi 322,50 ton

21. BARRU

Luas areal dan produksi perkebunan rakyat di Barru pada tahun 2007

Kelapa dalam luas areal 1.038,00 ha dan hasil produksi 1.121,00 ton.

Kopi robusta luas areal 657,00 ha dengan hasil produksi 177,40 ton.

Cengkeh luas areal 238,75 ha dengan hasil produksi 320,20 ton

Jambu Mete luas areal 5.274,00 ha dan hasil produksi 2.185,50 ton

Kakao luas areal 860,54 ha dengan hasil produksi 327,50 ton

Lada dengan luas areal 106,00 ha dan hasil produksi 5,40 ton

Kapuk dengan luas areal 226,00 ha dan hasil produksi 27,50 ton

Kemiri dengan luas areal 2.121,00 ha dan hasil produksi 1.044,00 ton

GAMBARAN UMUM PROVINSI SULAWESI SELATAN

Sebelum Proklamasi RI, Sulawesi Selatan, terdiri atas sejumlah wilayah kerajaan yang berdiri sendiri dan didiami empat etnis yaitu ; Bugis, Makassar, Mandar dan Toraja.
Ada tiga kerajaan besar yang berpengaruh luas yaitu Luwu, Gowa dan Bone, yang pada abad ke XVI dan XVII mencapai kejayaannya dan telah melakukan hubungan dagang serta persahabatan dengan bangsa Eropa, India, Cina, Melayu dan Arab.
Setelah kemerdekaan, dikeluarkan UU Nomor 21 Tahun 1950 dimana Sulawesi Selatan menjadi propinsi Administratif Sulawesi dan selanjutnya pada tahun 1960 menjadi daerah otonom Sulawesi Selatan dan Tenggara berdasarkan UU Nomor 47 Tahun 1960. Pemisahan Sulawesi Selatan dari daerah otonom Sulawesi Selatan dan Tenggara ditetapkan dengan UU Nomor 13 Tahun 1964, sehingga menjadi daerah otonom Sulawesi Selatan.
Menurut catatan sejarah Budaya Sulsel, ada tiga kerajaan besar yang pernah berpengaruh luas yakni Kerajaan Luwu, Gowa, dan Bone, disamping sejumlah kerajaan kecil yang beraliansi dengan kerajaan besar, namun tetap bertahan secara otonom. Berbeda dengan pembentukan Propinsi lain di indonesia, Sulsel terbentuk menjadi satu kesatuan wilayah administratif tingkat propinsi, atas kemauan dan ikrar raja-raja serta masyarakat setempat sekaligus bergabung dalam negara kesatuan Republik Iindonesia, sehingga Sulsel menjadi salah satu propinsi di Indonesia yang diatur dalam UU Nomor 21 tahun 1950 dan Makassar sebagai pusat pemerintahan.
Dengan undang-undang ini maka Wilayah Administratif Sulsel terbagi menjadi 21 daerah swantantra tingkat II dan 2 (dua) kotapraja yakni Makassar dan Parepare. Status Propinsi Administratif Sulawesi berakhir pada tahun 1960 yang ditetapkan dengan UU Nomor 47 Tahun 1960 dan secara otonom membagi Sulawesi menjadi Propinsi Sulawesi Selatan Tenggara beribukota Makassar dan Propinsi Sulawesi Utara-Tengah beribukota Manado, Empat tahun kemudian pemisahan wilayah Sulawesi Selatan dan Tenggara ditetapkan dalam II Nomor 13 Tahun 1964 dan Sulawesi Selatan resmi menjadi daerah otonom dan terus disempurnakan dengan ditetapkannya UU No. 5 Tahun 1974 tentang pokok-pokok pemerintahan di daerah yang menggabungkan wilayah administratif daerah-daerah otonom dalam satu penyebutan yaitu Daerah Tingkat II atau Kotamdya dan Propinsi Daerah Tingkat I Sulawesi Selatan Selanjutnya Propinsi daerah Tingkat I Sulawesi Selatan terbagi dalam 23 Kabupaten/Kotamadya serta 2 (dua) Kota Administratif yakni Palopo di Kabupaten Luwu dan Watampone di kabupaten Bone. Sedangkan yang sangat berarti adalah perubahan nama ibukota Propinsi sulawesi Selatan dari makassar ke Ujung Pandang yang ditetapkan dalam PP Nomor 51 tahun 1971 Lembaran negara Republik Indonesia Nomor 65 tahun 1971.
Sulawesi Selatan terletak di jazirah Selatan Pulau Sulawesi. Propinsi yang Beribukota di Makassar ini, terletak antara :
0 ° 12‘ – 8 ° Lintang Selatan
116 °48‘ – 122 ° 36‘ Bujur Timur.
Secara administratif berbatasan :
Sebelah Utara dengan Propinsi Sulawesi Tengah Sebelah Barat dengan Selat Makassar Sebelah Timur dengan Teluk Bone Sebelah Selatan dengan Laut Flores Luas wilayahnya, 62.482,54 km2 (42 % dari luas seluruh pulau Sulawesi dan 4,1 % dari Luas seluruh Indonesia).Posisi yang strategis di Kawasan Timur Indonesia memungkinkan Sulawesi Selatan dapat berfungsi sebagai pusat pelayanan , baik bagi Kawasan Timur Indonesia maupun untuk skala internasional.
Pelayanan tersebut mencakup perdagangan, transportasi darat – laut – udara, pendidikan, pendaya-gunaan tenaga kerja, pelayanan dan pengembangan kesehatan, penelitian pertanian tanaman pangan, Perkebunan, perikanan laut, air payau tambak, kepa-riwisataan bahkan potensial untuk pengembangan lembaga keuangan dan perbankan.
Wisatawan Manca Negara mengenal Kota Makassar lewat Benteng Ujung Pandangnya atau yang terkenal dengan nama benteng Fort Rotterdam. Benteng Ujungpandang merupakan peninggalan sejarah keperkasaan kerajaan masa lalu di Sulawesi Selatan. Kerajaan yang sangat kuat dan berjaya sekitar abad ke – 17 adalah Kerajaan Gowa, dengan ibu kota Makassar. Benteng Ujung Pandang di bangun pada tahun1545 semasa pemerintahan Imanrigau Daeng Bonto Karaeng Lakiung, juga terkenal dengan nama Karaeng Tunipallangga Ulaweng. Pada tahun 1667 ketika kekuatan Gowa dikalahkan oleh Belanda semua perbentengan dimusnahkan, kecuali Benteng Somba Opu. Ketika itu Kerajaan Gowa memiliki 17 benteng. Dua tahun kemudian sesudah perjanjian Bongaya, Benteng Somba Opu kemudian dimusnahkan secara total oleh Belanda. Namun kemudian dibangun kembali oleh Belanda dan diberi nama Fort Rotterdam.
Kini Kota Makassar kembali menjadi Ibu Kota Propinsi Sulawesi Selatan, setelah sebelumnya pernah bernama Kotamadya Ujung Pandang. Kota Makassar terkenal pula sebagai kota “Angin Mamiri” berarti kota dengan hembusan angin sepoi-sepoi basah, Kota ini juga terkenal dengan “Pantai Losarinya” yang indah atau dikenal dengan restoran terpanjang karena pengunjung yang dapat menikmati hidangan lezat sambil menikmati hembusan angin laut yang menyegarkan dan menyaksikan terbenamnya matahari serta keindahan panorama laut. Kota makassar bersuhu 22 – 33o C, dengan luas wilayah 175,77 Km2 dan terus berkembang khususnya ke arah Timur dimana pembangunan infrastruktur seperti perluasan Pelabuhan Laut makasar, bandara Hasanuddin, jalan tol, Kawasan Industri Makassar dan berbagai proyeklainnya tengah dilaksanakan.
Sektor Pariwisata
Sektor Perikanan
Sektor Peternakan
Sektor Pertanian
Secara geografis Kota Makassar terletak pada koordinat antara 5o 30’ 18 sampai 5o 14’ 49” Lintang Selatan dan 119o 18’ 97” sampai 119o 32’ 3” Bujur Timur.
Batas-batas Wilayah
Sebelah Utara : Kabupaten Pangkep Sebelah Selatan : Kabupaten Gowa
Sebelah Timur : Kabupaten Maros
Sebelah Barat : Selat Makassar
Penduduk Sulawesi Selatan tersebar di 24 Kabupaten/Kota dengan ragam etnis yang berbeda, seperti Suku Bugis, Makassar, Mandar dan Toraja.
Beberapa lokasi wisata yang ada di Makassar dan sekitarnya seperti, Permandian Alam Bantimurung yang terletak di Kabupaten Maros, Cagar Budaya Benteng Rotterdam yang terletak di Kota Makassar, Pemandangan Alam Pantai Losari yang terletak di Kota Makassar dan Trans Studio Tanjung Bunga yang terletak di Kota Makassar, dll.
Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan memiliki beberapa program unggulan, diantaranya Pendidikan dan Kesehatan Gratis, Surplus 2 juta ton beras, peningkatan hasil jagung, kakao, udang, sapi ternak, dll.
Jumlah penduduk di Sulawesi Selatan yang tegolong masyarakat miskin masih tinggi, namun dari tahun ketahun menunjukkan penurunan yang signifikan, dimana :
Pada Tahun 2008 mencapai 1.031.700 jiwa
Pada Tahun 2009 diperkirakan 963.570 jiwa
Pada Tahun 2010 mencapai 883.948 jiwa
Pertumbuhan angkatan kerja di Sulawesi Selatan tidak berimbang dengan lapangan kerja yang tersedia, dimana :
Pada Tahun 2008 angkatan kerja sebesar 3,45 juta jiwa
Pada Tahun 2009 angkatan kerja sebesar 3,67 juta jiwa
Pada Tahun 2010 angkatan kerja mencapai 3,82 juta jiwa
Pendapatan Asli Daerah (PAD) cenderung meningkat dari tahun ketahun.
Pada Tahun 2008 sebesar Rp 1,22 triliun
Pada Tahun 2009 diperkirakan Rp 1,32 triliun
Pada Tahun 2010 diharapkan Rp 1,43 triliun
Pendapatan perkapita masyarakat mencapai :
Pada Tahun 2008 sebesar Rp 10,91 juta
Pada Tahun 2009 diperkirakan Rp 12,58 juta
Pada Tahun 2010 akan mencapai Rp 13,96 juta
Sementara daya beli masyarakat hanya mencapai :
Pada Tahun 2008 sebesar Rp 630.805
Pada Tahun 2009 sebesar Rp 634.768
Pada Tahun 2010 akan mencapai Rp 853.176
Anggaran pembangunan di Sulawesi Selatan Tahun 2009 mencapai Rp 26,86 triliun lebih, dengan rincian sbb :

APBN/PHLN : Rp 11,21 triliun lebih
APBD Provinsi : Rp 2,455 triliun lebih
APBD Kab/Kota : Rp 13,204 triliun
Terima Kasih atas kunjungan anda, semoga puas atas pelayanan kami